ASAL- USUL DESA
SIBRAMA
kecamatan kemranjen kabupaten banyumas
jawa tengah
kecamatan kemranjen kabupaten banyumas
jawa tengah
Kisah
terjadinya desa Sibrama merupakan satu cerita yang menarik walaupun hanya
dikatagorikan sebagailegenda/ cerita rakyat. Namun legenda ini secara
turun-temurun masih kelihatan dimiliki masyarakat desa Sibrama khususnya. Didalam
desa Sibrama kita akan melihat sosok seorang pahlawan yang
bercita-cita,berusaha,berjuang dan berkorban.
Peristiwa ini
dimulai dikala tahun 1845 dimana lima Grumbul menjadi satu, biarpun letaknya
terpencar-pencar. Pada tahun 1845 desa Sibrama yang sekarang ini menjadi desa
adalah sebuah hutan kecil yang lebat. Apapun yang ada disana kala itu dapat
dibanyangkan. Binatang dari jenis burung, sampai binatang buas sekalipun ada
disana. Dan konon katanya hutan ini juga cukup angker dan berbahaya dengan istilah
jawa “ Jalma Mara Jalma Mati”. Karena berbahanya hutan itu dibiarkan begitu
saja oleh masyarakat disekitarnya. Janganpun membuka hutan itu untuk dijadikan
tempat tinggal endekatinya saja tidak berani. Didalam hutan itu banyak berbagai
jenis pohon diantaranya adalah pohon jati, pohon durian dan sebagainya namun,
yang paling istimewa dari hutan iti adalah terdapat pohon durian yang
berjajar-berjajar buahnyapun besar-besar.Setelah matang buahnyapun berjatuhan
namun tak ada seorangpun yang berani untuk memungutnya. Hanya binatang sejenis
kera yang dapat menikmatinya. Dihutan ini juga banyak pohon vuah-buahan seperti
rambutan,dukuh,manggis,jambu monyet dan tiada terbilang banyaknya. Namun dari
bermacam- macam buah itu tidak ada manusia yang berani memanfaatkannya. Pada saat
itu di dasa Sibrama ada seorang pahlawan yang bernama Singadipa yang berasal
dari desa Ngambal dia adalah seorang pengembara yang hidupnya digunakan untuk
beramal,dia berjalan dari satu daerah ke daerah lain. Dalam perjalan mengembara
sampailah dia dihutan yang kecil dan lebat itu. Lalu kesatria itu berhenti
sejenak dan akhirnya dia memutuskan untuk melakukan penjajagan didaerah hutan
itu. Akhirnya dia menemukan Lima buah kelompok hutan kecil. Seusai sang
kesatria mengitari daerah-daerah itu ,dia mulai masuk menyusup hutan dan
akhirnya dia menaruh perhatian pada salah satu tempat dimana disitu terdapat
banyak pohon durian yang berjajar-jajar. Setelah merenung beberapa saat
,rupanya keputusan kesatria telah bulat, dia duduk bersimpuh dan mulai semedi
dibawah hutan yang berjajar itu. Satu dua hari sang kesatria masih teguh
bersemedi walaupun banyak godaan berdatangan. Pada hari ketujuh rupanya sang
kesatria yang bernama ”SINGADIPA” dari Tuhan Sang Maha Pencipta. Getaran jiwa
dan kuatnya hasrat membuat gelisah dan resah para penghuni yang sudah terlebih
dahulu berada disitu. Pada harii itu muncullah dua seorang kyai yang bernama
Kyai Nalabranta dan Kyai Sidawan. Mereka berdua terhitung seorang leluhur di
tempat itu. Kedua kyai itu memiliki dua piaraan yang berbeda yaitu Kyai
Nalabranta memiiki piaraan seekor harimau dan kyai Sidawan memiliki piaraan
seekor buaya putih. Beliau adalah seseorang yang menguasai wilayah itu. Mereka
berdua mendapat firasat yang tidak enak lalu mereka bedua melakukan penelitian
di lima wilayah itu. Satu demi satu wilayah itu diamati sampailah kedua kyai
itu disatu daerah yang banyak pohon durian yang berjajar.
Dan disana
terlihat ada seorang anak muda yang sedang bertapa dibawah pohon durian yang
berjajar,ternyata dia adalah Singadipa. Maka kedua kyai itu mendekatinya dengan
tujuan akan membangunkan sang pertapa. Sesampai didepan pertapa itu kyai
Nalabranta berbicara “ nak aku dengan sengaja datang kesini untuk menemuimu dan
katakanlah apa maksudmu bertapa disini. Kmudian sang pertapa membuka matanya
dan bertanya siapa kedua kyai itu. Lalu sang pertapa menjawab pertanyaan kyai
Nalabranta maksud saya bertapa disini adalah saya ingin membuka hutan ini
menjadi sebuah desa. Maksudmu sungguh mulia nak, namun semua itu tidaklah
mudah. Semua itu ada syaratnya yaitu kamu harus mengelilingi hutan yang akan
kamu buka menjadi desa itu dalam waktu satu malam dan kamu harus mengingat
semua yang kau lihat dihutan itu. Pada hari jum’at kliwon kami akan menunggumu
disini.
Pada hari jum’at
kliwon datanglah kyai Nalabranta dan kyai Sidawan dan disitu Kesatria itu/
Singadipa juga sudah menunggu kedatangan mereka berdua. Lalu kesatria Singadipa
menceritakan semua yang dilihat olehnya pada saat perjalanannya yaitu :
1.Dari sini saya
melihat banyak pohon durian yang berjajar-jajar.
2.Dia melihat
seekor harimau yang sedang beranak ditengah-tengah rumpun bambu ori yang kanan
kirinya porak poranda tidak teratur.
3.Ditengah-tengah
sebidang tanah yang agak tinggi tumbuh sebuah pohon besar,dan disetiap malam
jum’at kliwon menyala membumbung tinggi keatas sehingga dapat menerangi daerah
disekitarnya.Apabila didekati nyala itu akan menghilang dan apabila ditinggal
agak jauh nyalanyapun akan kelihatan kembali.
4.Ada buaya
putih yang sedang berlumba-lumba di sebuah rawa,suaranya riuh gemuruh sangat
gaduh.
5.Ada sebuah
tanah datar yang disana terdapat rumah yang dipenuhi dengan pengungsi yang
sedang sakit dan badannya saat kurus.
Itulah yang
diungkapkan Singadipa kepada kedua kyai itu. Lalu mereka duduk bersama dan Kyai
Nalabranta menjelaskan apa maksud dari semua itu. Yang pertama pohon durian
yang besar dan berjajar yang kau jadikan tempat bertapa diberi nama” Grumbul Nusaduren”. Dan yang kedua
engkau melihat seekor harimau yang sedang beranak ditengah rumpun bambu ori ,
yang kanan kirinya porak poranda tidak teratur diberi nama “ Grumbul Orimalang” karena hutan bambu
ori yang malang dan melintang. Ketiga kau melihat benda ajaib yang membumbung
tinggi bagaikan api yang nyalanya itu dapat menerangi daerah sekitarnya yang
kalau didekati tidak kelihatan nyala apinya dan kalau ditinggal pergi
nyalanyapun akan kelihatan lagi diberi nama “Grumbul Sibrama”. Keempat sekarang tinggal kyai Sidawan yang
Menjelaskannya . Kau melihat buaya putih yang sedang asik berlumba-lumba di
rawa suaranya klebar-klebur dan kejar-kejaran duiberi nama “Grumbul Sijegur”. Terakhir kau melihat
orang sakit yang diungsikan ke Grumbul itu,ini maknanya adalah orang sakit
kalau tidak segera diungsikan kira-kira akan meninggal dunia dan setelah mereka
diungsikan tidak jadi meninggal maka Grumbul itu di beri nama “Grumbul Sidaurip”
Dan setelah
semuanya jelas mengenai nama kelima hutan itu,kyai Nalabranta lalu mengadakan
musyawarah yang dipimpin olehnya . Musyawarah itu pada akhirnya menghasilkan
kata sepakat yaitu daerah yang terdiri dari lima Grumbul itu dijadikan satu
menjadi Desa Sibrama.
Sangat tertarik tentang tulisan ini, boleh sy menghubungi via phone atau WA
BalasHapusjika ada yg ingin ditanyakan silakan mas, bisa kirim via email saja ke saya
BalasHapusAyahku alm. Nadam Sumoro kelahiran Sibrama. Bin Mustorejo, bin Santa Wigena, bin Dipa Menggala.
BalasHapusIngin menelusuri silsilah
Saya silsilah wangsa wijaya
BalasHapus