Rabu, 17 April 2013

Asal-Usul Desa Sibrama


ASAL- USUL DESA SIBRAMA
kecamatan kemranjen kabupaten banyumas 
jawa tengah 
        Kisah terjadinya desa Sibrama merupakan satu cerita yang menarik walaupun hanya dikatagorikan sebagailegenda/ cerita rakyat. Namun legenda ini secara turun-temurun masih kelihatan dimiliki masyarakat desa Sibrama khususnya. Didalam desa Sibrama kita akan melihat sosok seorang pahlawan yang bercita-cita,berusaha,berjuang dan berkorban.
          Peristiwa ini dimulai dikala tahun 1845 dimana lima Grumbul menjadi satu, biarpun letaknya terpencar-pencar. Pada tahun 1845 desa Sibrama yang sekarang ini menjadi desa adalah sebuah hutan kecil yang lebat. Apapun yang ada disana kala itu dapat dibanyangkan. Binatang dari jenis burung, sampai binatang buas sekalipun ada disana. Dan konon katanya hutan ini juga cukup angker dan berbahaya dengan istilah jawa “ Jalma Mara Jalma Mati”. Karena berbahanya hutan itu dibiarkan begitu saja oleh masyarakat disekitarnya. Janganpun membuka hutan itu untuk dijadikan tempat tinggal endekatinya saja tidak berani. Didalam hutan itu banyak berbagai jenis pohon diantaranya adalah pohon jati, pohon durian dan sebagainya namun, yang paling istimewa dari hutan iti adalah terdapat pohon durian yang berjajar-berjajar buahnyapun besar-besar.Setelah matang buahnyapun berjatuhan namun tak ada seorangpun yang berani untuk memungutnya. Hanya binatang sejenis kera yang dapat menikmatinya. Dihutan ini juga banyak pohon vuah-buahan seperti rambutan,dukuh,manggis,jambu monyet dan tiada terbilang banyaknya. Namun dari bermacam- macam buah itu tidak ada manusia yang berani memanfaatkannya. Pada saat itu di dasa Sibrama ada seorang pahlawan yang bernama Singadipa yang berasal dari desa Ngambal dia adalah seorang pengembara yang hidupnya digunakan untuk beramal,dia berjalan dari satu daerah ke daerah lain. Dalam perjalan mengembara sampailah dia dihutan yang kecil dan lebat itu. Lalu kesatria itu berhenti sejenak dan akhirnya dia memutuskan untuk melakukan penjajagan didaerah hutan itu. Akhirnya dia menemukan Lima buah kelompok hutan kecil. Seusai sang kesatria mengitari daerah-daerah itu ,dia mulai masuk menyusup hutan dan akhirnya dia menaruh perhatian pada salah satu tempat dimana disitu terdapat banyak pohon durian yang berjajar-jajar. Setelah merenung beberapa saat ,rupanya keputusan kesatria telah bulat, dia duduk bersimpuh dan mulai semedi dibawah hutan yang berjajar itu. Satu dua hari sang kesatria masih teguh bersemedi walaupun banyak godaan berdatangan. Pada hari ketujuh rupanya sang kesatria yang bernama ”SINGADIPA” dari Tuhan Sang Maha Pencipta. Getaran jiwa dan kuatnya hasrat membuat gelisah dan resah para penghuni yang sudah terlebih dahulu berada disitu. Pada harii itu muncullah dua seorang kyai yang bernama Kyai Nalabranta dan Kyai Sidawan. Mereka berdua terhitung seorang leluhur di tempat itu. Kedua kyai itu memiliki dua piaraan yang berbeda yaitu Kyai Nalabranta memiiki piaraan seekor harimau dan kyai Sidawan memiliki piaraan seekor buaya putih. Beliau adalah seseorang yang menguasai wilayah itu. Mereka berdua mendapat firasat yang tidak enak lalu mereka bedua melakukan penelitian di lima wilayah itu. Satu demi satu wilayah itu diamati sampailah kedua kyai itu disatu daerah yang banyak pohon durian yang berjajar.
          Dan disana terlihat ada seorang anak muda yang sedang bertapa dibawah pohon durian yang berjajar,ternyata dia adalah Singadipa. Maka kedua kyai itu mendekatinya dengan tujuan akan membangunkan sang pertapa. Sesampai didepan pertapa itu kyai Nalabranta berbicara “ nak aku dengan sengaja datang kesini untuk menemuimu dan katakanlah apa maksudmu bertapa disini. Kmudian sang pertapa membuka matanya dan bertanya siapa kedua kyai itu. Lalu sang pertapa menjawab pertanyaan kyai Nalabranta maksud saya bertapa disini adalah saya ingin membuka hutan ini menjadi sebuah desa. Maksudmu sungguh mulia nak, namun semua itu tidaklah mudah. Semua itu ada syaratnya yaitu kamu harus mengelilingi hutan yang akan kamu buka menjadi desa itu dalam waktu satu malam dan kamu harus mengingat semua yang kau lihat dihutan itu. Pada hari jum’at kliwon kami akan menunggumu disini.
          Pada hari jum’at kliwon datanglah kyai Nalabranta dan kyai Sidawan dan disitu Kesatria itu/ Singadipa juga sudah menunggu kedatangan mereka berdua. Lalu kesatria Singadipa menceritakan semua yang dilihat olehnya pada saat perjalanannya yaitu :
1.Dari sini saya melihat banyak pohon durian yang berjajar-jajar.
2.Dia melihat seekor harimau yang sedang beranak ditengah-tengah rumpun bambu ori      yang kanan kirinya porak poranda tidak teratur.
3.Ditengah-tengah sebidang tanah yang agak tinggi tumbuh sebuah pohon besar,dan disetiap malam jum’at kliwon menyala membumbung tinggi keatas sehingga dapat menerangi daerah disekitarnya.Apabila didekati nyala itu akan menghilang dan apabila ditinggal agak jauh nyalanyapun akan kelihatan kembali.
4.Ada buaya putih yang sedang berlumba-lumba di sebuah rawa,suaranya riuh gemuruh sangat gaduh.
5.Ada sebuah tanah datar yang disana terdapat rumah yang dipenuhi dengan pengungsi yang sedang sakit dan badannya saat kurus.
          Itulah yang diungkapkan Singadipa kepada kedua kyai itu. Lalu mereka duduk bersama dan Kyai Nalabranta menjelaskan apa maksud dari semua itu. Yang pertama pohon durian yang besar dan berjajar yang kau jadikan tempat bertapa diberi nama” Grumbul Nusaduren”. Dan yang kedua engkau melihat seekor harimau yang sedang beranak ditengah rumpun bambu ori , yang kanan kirinya porak poranda tidak teratur diberi nama “ Grumbul Orimalang” karena hutan bambu ori yang malang dan melintang. Ketiga kau melihat benda ajaib yang membumbung tinggi bagaikan api yang nyalanya itu dapat menerangi daerah sekitarnya yang kalau didekati tidak kelihatan nyala apinya dan kalau ditinggal pergi nyalanyapun akan kelihatan lagi diberi nama “Grumbul Sibrama”. Keempat sekarang tinggal kyai Sidawan yang Menjelaskannya . Kau melihat buaya putih yang sedang asik berlumba-lumba di rawa suaranya klebar-klebur dan kejar-kejaran duiberi nama “Grumbul Sijegur”. Terakhir kau melihat orang sakit yang diungsikan ke Grumbul itu,ini maknanya adalah orang sakit kalau tidak segera diungsikan kira-kira akan meninggal dunia dan setelah mereka diungsikan tidak jadi meninggal maka Grumbul itu di beri nama “Grumbul Sidaurip
          Dan setelah semuanya jelas mengenai nama kelima hutan itu,kyai Nalabranta lalu mengadakan musyawarah yang dipimpin olehnya . Musyawarah itu pada akhirnya menghasilkan kata sepakat yaitu daerah yang terdiri dari lima Grumbul itu dijadikan satu menjadi Desa Sibrama. 

4 komentar:

  1. Sangat tertarik tentang tulisan ini, boleh sy menghubungi via phone atau WA

    BalasHapus
  2. jika ada yg ingin ditanyakan silakan mas, bisa kirim via email saja ke saya

    BalasHapus
  3. Ayahku alm. Nadam Sumoro kelahiran Sibrama. Bin Mustorejo, bin Santa Wigena, bin Dipa Menggala.
    Ingin menelusuri silsilah

    BalasHapus

Cara Mendaftarkan website ke Search Engine GOOGLE, YAHOO, BING dan banyak lainya

Setiap situs pasti menginginkan halamannya berada di peringkat tertinggi mesin pencari. Apalagi bagi kita sebagai pengguna situs pemula, t...